leher kecekikkk,
ibu - ibu paniiikkk
Begitulah fenomena dari tahun ketahun sejak pertama saya mulai melihat matahari.. bahkan makin kesini makin parah..
Menjelang ramadhan kegelisahan terjadi dimana - mana, hal ini membuat sejumlah ibu - ibu tidak khusyuk ibadah. Saya akan membagi uraian pikiran saya kedalam dua hal penting yang menurut saya menjadi indikator signifikan mengapa hal ini dapat terjadi dan bagaimana menstabilkannya.
Penyebabnya: sebagian besar diantara kita sudah kehilangan esensi dari ramadhan, puasa dan lebaran. Sepertinya bulan ramadhan dan terutama jelang lebaran adalah masa berpesta - pesta. Sepertinya sejenak kita amnesia bahwa sehari - harinya kita sulit mencari sesuap nasi, tidak ada kemewahan disana sini. Tetapi fenomena yang terjadi saat ramadhan dan jelang lebaran adalah pesta pora, dan keinginan untuk mencapai apa yang sudah berhasil dikonstruksikan sebagian masyarakat bahwa lebaran berarti makan enak, baju baru, kalo pacar baru iya juga ngga yah.. ummm. Hal inilah yang menyebabkan lonjakan permintaan terhadap produk pangan dan menstimulasi sejumlah pihak memanfaatkannya secara berlebih dan di dalam beberapa sisi merugikan sejumlah pihak, meskipun tidak semua.
Saya tidak akan membahas hal ini dengan lebih lanjut ke hal - hal yang bersifat religi karena bukan major saya. Yang menarik bagi saya adalah kenaikan harga yang terjadi bukan karena kelangkaan produk pangan, tetapi karena faktor psikologis dari para pedagang untuk menaikkan sejumlah produk pangan menjelang puasa dan lebaran yang seolah menjadi ritual Ramadhan dari tahun ke tahun. Kalau kenaikan harga karena kelangkaan komoditas maka pemerintah menduga akan terjadi antrean dalam memperoleh produk pangan tersebut, namun, yang menjadi masalah jika kenaikan hanya karena faktor psikologis maka ini adalah ulah dari distributor.
Dalam hal ini, menurut saya, pemerintah wajib menetralkan gejolak harga pangan yang meresahkan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Mengendalikan dan menyelesaikan masalah produksi dan distribusi serta faktor psikologis ini sudah menyangkut wibawa pemerintah dimata rakyat.
Beberapa artikel menarik mengenai strategi pemerintah dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk selama Ramadhan, menurut saya perlu diaplikasikan dan diuji:
Pertama, Pangan yang harus tersedia diseluruh tempat, jadi dapat terakses oleh masyarakat didaerah dalam kondisi apapun. Kedua, jaminan pemerintah atas distribusi bahan pangan dan kebutuhan pokok sangatlah diperlukan. Maka, perbaikan stabilitas sarana dan prasarana perhubungan harus baik kondisinya. Ketiga, pemerintah harus dapat tetap mengontrol dan memonitor stabilitas harga, kalaupun ada kenaikan pada jelang dan saat Ramadhan tidaklah menjadi kenaikan yang kurang wajar. Yang terakhir, keempat, yang tidak kalah penting adalah diperlukan adanya jaminan atas ketersediaan energi yang diperkuat dengan sistem distribusi yang baik untuk dapat dicapai oleh masyarakat diseluruh wilayah Indonesia.
Semoga Ramadhan 1432 H kali ini semua berjalan lancar, mari kita lihat saja kinerja pemerintah tercinta kita ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar