Senin, 25 Juli 2011

Kegelisahan Menjelang Ramadhan

Harga naikk,
leher kecekikkk,
ibu - ibu paniiikkk

Begitulah fenomena dari tahun ketahun sejak pertama saya mulai melihat matahari.. bahkan makin kesini makin parah..
Menjelang ramadhan kegelisahan terjadi dimana - mana, hal ini membuat sejumlah ibu - ibu tidak khusyuk ibadah. Saya akan membagi uraian pikiran saya kedalam dua hal penting yang menurut saya menjadi indikator signifikan mengapa hal ini dapat terjadi dan bagaimana menstabilkannya.

Penyebabnya: sebagian besar diantara kita sudah kehilangan esensi dari ramadhan, puasa dan lebaran. Sepertinya bulan ramadhan dan terutama jelang lebaran adalah masa berpesta - pesta. Sepertinya sejenak kita amnesia bahwa sehari - harinya  kita sulit mencari sesuap nasi, tidak ada kemewahan disana sini. Tetapi fenomena yang terjadi saat ramadhan dan jelang lebaran adalah pesta pora, dan keinginan untuk mencapai apa yang sudah berhasil dikonstruksikan sebagian masyarakat bahwa lebaran berarti makan enak, baju baru, kalo pacar baru iya juga ngga yah.. ummm. Hal inilah yang menyebabkan lonjakan permintaan terhadap produk pangan dan menstimulasi sejumlah pihak memanfaatkannya secara berlebih dan di dalam beberapa sisi merugikan sejumlah pihak, meskipun tidak semua.

Saya tidak akan membahas hal ini dengan lebih lanjut ke hal - hal yang bersifat religi karena bukan major saya. Yang menarik bagi saya adalah kenaikan harga yang terjadi bukan karena kelangkaan produk pangan, tetapi karena faktor psikologis dari para pedagang untuk menaikkan sejumlah produk pangan menjelang puasa dan lebaran yang seolah menjadi ritual Ramadhan dari tahun ke tahun. Kalau kenaikan harga karena kelangkaan komoditas maka pemerintah menduga akan terjadi antrean dalam memperoleh produk pangan tersebut, namun, yang menjadi masalah jika kenaikan hanya karena faktor psikologis maka ini adalah ulah dari distributor.

Dalam hal ini, menurut saya, pemerintah wajib menetralkan gejolak harga pangan yang meresahkan masyarakat khususnya masyarakat lapisan bawah. Mengendalikan dan menyelesaikan masalah produksi dan distribusi serta faktor psikologis ini sudah menyangkut wibawa pemerintah dimata rakyat.

Beberapa artikel menarik mengenai strategi pemerintah dalam mengantisipasi kemungkinan terburuk selama Ramadhan, menurut saya perlu diaplikasikan dan diuji:
Pertama, Pangan yang harus tersedia diseluruh tempat, jadi dapat terakses oleh masyarakat didaerah dalam kondisi apapun. Kedua, jaminan pemerintah atas distribusi bahan pangan dan kebutuhan pokok sangatlah diperlukan. Maka, perbaikan stabilitas sarana dan prasarana perhubungan harus baik kondisinya. Ketiga, pemerintah harus dapat tetap mengontrol dan memonitor stabilitas harga, kalaupun ada kenaikan pada jelang dan saat Ramadhan tidaklah menjadi kenaikan yang kurang wajar. Yang terakhir, keempat, yang tidak kalah penting adalah diperlukan adanya jaminan atas ketersediaan energi yang diperkuat dengan sistem distribusi yang baik untuk dapat dicapai oleh masyarakat diseluruh wilayah Indonesia.

Semoga Ramadhan 1432 H kali ini semua berjalan lancar, mari kita lihat saja kinerja pemerintah tercinta kita ..

Rabu, 20 Juli 2011

Berinvestasi: Mumpung Masih Muda

Dear Bloggers,

Ide berikut ini hinggap di pikiran saya karena ada wejangan penyesalan dari orang - orang disekitar saya yang tidak memanfaatkan semaksimal mungkin potensi, daya dan upaya nya untuk berinvestasi selagi muda dulu.

Belajar dari pengalaman mereka, sebagai orang yg masih muda (cieee..) maka hal tersebut menjadi pembelajaran penting bagi saya dan akan coba saya share ke Anda.

Menurut saya, cita - cita investasi adalah mendapatkan nilai lebih (value added) di masa yang akan datang selama kurun waktu tertentu. Nah, banyak orang mengasumsikan investasi hanyalah berupa hal -hal komersil berupa barang, uang, dan sejenisnya. Meskipun begitu, hanya sedikit orang memahami investasi apa yang sebaiknya dipilihnya atau bahkan tidak tahu bagaimana brinvestasi.

Berikut ini adalah beberapa pilihan berinvestasi sebagai saran dari saya pribadi, semoga cocok bagi Anda:
1. Emas Batang
Emas batang yang saya maksud adalah emas batang 24 karat yang biasa dibeli di PT. ANTAM. Mengapa emas batang, karena sifat nilainya yang liqiud sehingga memungkin bagi pemilik modal besar, kecil , bahkan sangat kecil untuk memilikinya. Selain itu, harga emas yang selalu dan pasti melambung atau selalu diatas inflasi, dipastikan tidak akan menggerus nilai dari emas tersebut. Lalu, mengapa emas batang bukan emas perhiasan? Jawabannya, karena dengan menyimpan emas batang, saat dijual tidak ada biaya administrasi proses daur ulangnya. Menguntungkan dehhh..

2. Lanjut Studi
Nah, ini merupakan jenis investasi yang tidak kasat mata. Menurut saya, investasi berupa ilmu, cepat atau lambat,sedikit atau banyak, pasti akan membawa manfaat suatu hari nanti, baik berupa materiil maupun moril. Kalau materiil tentunya sudah jelas, sedangkan moril maksudnya, karena saya percaya pengaplikasian ilmu yang benar pasti akan membawa kebaikan bagi orang banyak. Dan Tuhan tidak akan menyia - nyiakan orang yang dapat membaikkan orang lain.

3. Tanah / Rumah / Properti
Kalau yang ini, gampang sekali penjelasannya. Konkretnya, harga tanah, rumah ataupun properti tidak pernah menurun. Logikanya, penduduk bumi semakin banyak, tetapi luas tanah tidak bertambah, jadi pasti demand nya akan terus meningkat dan menyebabkan harganya terus melambung. Jadi, kalau memang memungkinkan, berinvestasi dalam bentuk ini tidak-lah mungkin merugikan. Hanya saja, sifatnya yang tidak liquid, patut dipertimbangkan. Maksudnya, saat menjual properti, tidak mungkin kita hanya menjual terasnya saja, atau toiletnya saja .. haha.. pasti seluruhnya. Selain itu, menjual rumah / tanah tidak semudah menjual emas batang hehe... Tapi bagaimanapun juga, hal ini dapat menjadi investasi yang menjanjikan, menurut hemat saya.

4. Making The Good Relationship atau bahasa dalam bahasa Jermannya nggolek konco / Bolo sing apik
Saya meyakini bahwa banyak dari rejeki yang kita dapatkan tidak turun begitu saja dari langit hehe, sering kali juga melalui teman, kenalan, link, atau channel. Sama sekali bukan maksud saya membenarkan praktik nepotisme yang sering disaut -sautkan oleh orang - orang ngetop di tipi - tipi dalam konotasinya.. Logikanya, kalau menempuh cara yang normal dan benar, tidak mungkin seseorang mau mereferensikan kita terhadap pihak lain yang akan memberi kesempatan baik tanpa pertimbangan tertentu. Dengan demikian, alasan ini membuat kita terus termotivasi untuk dapat menjual diri dengan cara yang lebih intelek agar suatu saat nama baik kita akan disebut dengan fasih disaat ada yang akan memandatkan sesuatu, kan ? Yupp, sesederhana itu.. !

Jadi, mumpung masih muda, yukk kita sama - sama belajar dan berinvestasi hal - hal yang baik, karena no one knows what will happen in the future. Sebagai manusia yang tidak tahu rahasiaNya, kita hanya bisa bersiap - siap.  Semoga saja kita semua selalu diberi kemudahan atas usaha - usaha kita.

Pahlawan Devisaku "sendiri lagi"

Bukan pertama kalinya isu penganiayaan bahkan penjatuhan hukuman bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diluar negeri terjadi tanpa upaya pembelaan dan perlindungan dari pemerintah Indonesia. Kompleksitas permasalahan ini semakin ruwet karena didukung oleh banyak faktor.
Ketanggapan dan ketepatan pemerintah dalam menyikapi permasalahan ini masih diam ditempat karena ketidakseriusan yang konsisten itu masih dibangga - banggakan didalam sebuah negara yang katanya lekat dengan semboyan diplomasi "thousands friends, zero enemy", fiuhhh..hhh...!
Wacana tentang penganiyaan TKI diluar negeri masih merupakan wacana yang panas - panas t*i ayam.Apakah salah bila saya mengatakan demikian bila wacana penganiyaan hanya akan dibahas disejumlah siaran TV dan dialog bahkan seminar disana - sini hanya ketika terjadi momentum penganiayaan? Lalu tidak ada langkah preventif bahkan ketegasan kebijakan dan diplomasi dalam konsep ber-jangka panjang demi hak warga negara yang memiliki hak untuk dilindungi disebuah negara berdaulat, Indonesia, yang katanya sudah merdeka diusia yang ke 60an.

Dilain pihak, pemerintah terkesan tidak memberi solusi keakar penyebab dari keterpaksaan beberapa bagian dari warga Indonesia untuk berTKI keluar negeri. Keterbatasan lapangan pekerjaan, misalnya, menjadi alasan utama mengapa banyak WNI mencari alternatif cara untuk mencari nafkah disana, yang notabene untuk mendapatkan pekerjaan apapun. Tidak hanya itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia untuk diberdayakan di sektor industri membuat niat untuk berangkat ke negeri orang mencari nafkah menjadi semakin bulat.
Diluar dari semua uraian diatas, bukankah wajar bila pemerintah seharusnya sudah mempersiapkan rancangan ini secara lebih matang, bukan saja infrastruktur perkotaan untuk memfasilitasi kaum kapitalis yang melulu dipikirkan? Tidak kah pemerintah khilaf bahwa tiap - tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan? (pasal 27, ayat 2 UUD 1645).

Saya pribadi sudah sangat geram dengan kejadian demi kejadian atas perlakuan yang diterima TKI di luar negeri terlebih tidak ada usaha sama sekali dari pemerintah untuk memperjuangkan apalagi kematangan antisipasi dalam hal ini. Tetapi, geram saja tentu tidak cukup. Tidak cukup untuk membela nasib Ruyati, Sutinah, dan nasib puluhan TKI lain yang terancam hukum pancung. Bukan saatnya lagi permasalahan ini hanya akan dicari solusinya dalam dialog, diskusi, seminar, dll, saja, termasuk dalam tulisan di sejumlah Blog (seperti ini).