Palu kota kelahiranku.. Salatiga, kota kecil di Jawa Tengah, tempatku menghabiskan masa kecil dan sekolahku hingga ke tingkat perguruan tinggi. Rasanya baru kemarin saya masih memakai seragam abu - abu putih, lalu berkutat dan berpetualang dengan segala aktifitas kampus yang luar biasa menyenangkan. Diluar bangku kuliah, kuhabiskan waktu belajar dengan ikut komunitas lomba debat, mencoba bergabung dengan TV kampus sebagai presenter merangkap reporter, kerja part time, aktifis kampus yang hobi demo dan sok menjadi corong teman - teman mahasiswa diaras universitas untuk membela nasib teman - teman dari segala fakultas....ku nikmati juga..
Setelah lulus, kucoba keluar dari Salatiga untuk melihat dunia luar lingkungan akademis yang sesungguhnya, sambil mengaplikasikan cita - cita papa untuk menjadikanku anak yang mandiri.
Adalah Jakarta, kota yang akhirnya tidak ku rencanakan sebelumnya untuk menggali segala bekal potensi yang dulu ku pelajari semasa menimba ilmu dikampus. Banyak orang sinis memandang kota biang macet ini dengan segala heterogenisnya. Kota metropolitan, yang menurutku pribadi infrastrukturnya tidak direncanakan dengan matang dan tidak juga berorientasi jangka panjang.
Walaupun begitu, kota ini juga yang mengajarkanku banyak hal, memberiku banyak peluang dan kesempatan yang luar biasa tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Kota ini juga yang membuka mataku bahwa kehidupan tidak hanya sebesar kotak bekal sekolahku yang tiap hari disiapkan mama dirumah dulu. Ternyata begiiiiitu luas, begiiiiitu berwarna, begiiiiiitu Indah. Banyak teman baru kudapatkan disini. Bahkan ada 4 ibu baik hati yang menyambutku untuk menjadi anak angkatnya...
Wah, beruntungnya...
Ternyata Dunia begitu Indah, begitu berwarna diluar sana..
Dengan berbekal nasehat papa bahwa dimanapun kita tinggal kalau tulus dan jujur, pasti akan diterima dimanapun kita berada. Kebaikan pasti berpihak pada orang jujur dan tulus. Pesan eyang kakung (alm) juga memotivasiku untuk selalu dijalan yang baik, berkaca dengan pepatah eyang " emas itu ditaruh dimanapun, bahkan diceburin ke lumpur sekalipun, tetap akan bersinar, tetap masih dapat dibedakan mana emas dan mana bukan" sungguh sangat memotivasiku.
Tidak tahu kemana nasib akan membawaku setelah ini, tetapi kan ku sambut masa depan dengan semangat optimisme bahwa banyak hal indah diluar sana, bahkan hal - hal yang belum pernah kutemui sebelumnya. Setiap tetes keringat hasil kerja kerasku hari ini kupercaya menghasilkan bulir - bulir kebahagiaan dimasa depan.
Hinaan, cacian, makian, ejekan, pujian, semuanya sudah ku ramu jadi satu menjadi energi dengan kecepatan 60.000 meter per detik untuk melangkah dengan pasti menyambut indahnya dunia yang sudah dipersiapkanNya untukku... ku percaya...sebagai wujud persembahan syukurku.
Semoga semuanya nanti bermanfaat bagi kebaikan orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar