Kamis, 23 Juni 2011

Hubungan Internasional bak Hubungan Percintaan

Hubungan Internasional yang merupakan hubungan antar negara dengan segala aspek dan kompleksitasnya ternyata tidak sulit dipahami ketika kita mengkorelasikannya dengan hubungan percintaan masa pacaran ha..ha..,  tidak percaya? berikut penjelasannya:

Negara dengan segala kepentinganya ternyata memiliki karakter khas masing - masing. Dalam mencapai kepentingannya tentu sebuah negara berinteraksi dengan negara lain baik dengan cara damai seperti bekerjasama maupun dengan cara berkonflik bahkan berperang. Bila masing - masing negara memiliki kepentingannya, tidak jarang kadang mereka bersikap egois, tetapi bila terjadi kesepakatan baik melalui negosiasi dan diplomasi, maka hubungan yang terjalin amatlah mesra. Romantisme hubungan antar negara ini tentu tidak bersifat kekal, karena dalam politik, tentu tidak ada musuh dan kawan yang abadi. Artinya, hari ini berkawan, bisa jadi besok jadi lawan, hal ini karena keinginan mencapai kepentingan negara tersebut atau sering disebut national interest.

Hal menarik lainnya adalah dalam hubungan antar negara, mereka tidak dibatasi oleh gender, tidak juga dibatasi oleh paradigma kepentingannya siapa yang harus didahulukan setelah siapa. Sedangkan dalam hubungan percintaan, ada cowok dan ada cewek, bisa juga sih sejenis (eheum ..eheumm.. ). Selain itu, dalam hubungan percintaan, seolah - olah ada konstruksi sosial yang mengatur bagaimana seharusnya memerankan cowok dan bagaimana cara ideal memerankan peran cewek. Sedangkan dalam hubungan antar negara, tidak ada hal yang secara sosial terkonstruksi secara universal, karena tidak ada pemisahan atau pembeda - bedaan negara mana harus berperilaku seperti apa.

Sama halnya dengan pasangan yang ingin jalinan hubungannya menjadi harmonis, maka mereka harus saling menghargai dan menghormati satu sama lain, negara juga demikian dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Ada semacam aturan  - aturan / etika yang diatur dalam suatu ikatan berdasar kesepakatan bersama agar dalam proses berhubungan itu negara - negara dapat saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Namun, tidak selamanya apa yang sudah disepakati bersama atau hal - hal normatif yang seharusnya diaplikasikan terjadi secara terus menerus. Seperti pasangan yang tadinya menjalani hubungan dengan saling menghargai dan penuh dengan romantisme percintaan masa pacaran, tapi toh ada kalanya mereka juga bertengkar, mungkin karena ada penyesuaian dari perbedaan karakter ataupun gesekan dari kepentingan masing - masing. Demikian juga halnya pada hubungan antar negara, dimana masing - masing negara memiliki karakter yang ditunjukkan dengan perilakunya , yaitu dalam bentuk kebijakan sebuah negara.

Selasa, 21 Juni 2011

Senjata Kaliber Kecil: Si Cabe Rawit

Dear bloggers,



Akhir akhir ini sejumlah media banyak menceritakan bagaimana kompleksitas dan kemajuan dari kemajuan teknologi persenjataan masa kini bahkan ramalan atau prediksi kecanggihan senjata masa depan yang akan ada sudah menjadi wacana hangat baik dari pakar militer, masyarakat, pengamat politik internasional, bahkan sejumlah negarawan. Hal ini wajar, karena ajang perlombaan modernisasi juga telah mencipatakan fenomena tersendiri yaitu menciptakan daya gertak / deterrence bagi negara yang memilikinya.

Ketika banyak pihak memikirkan senjata - senjata besar yang sudah dan akan ada, seperti senjata pemusnah masal, persenjataan modern seperti artillery, kapal induk, kapal selam, pesawat tanpa awak, hingga perselisihan reaktor nuklir dengan program pengayaannya, sampai - sampai DK PBB mengeluarkan sejumlah resolusinya kontroversialnya, menurut saya kita lupa akan sesuatu yang tidak besar tetapi mematikan.

Dari segala bentuk persenjataan yang ada, saya concern dengan  senjata kaliber kecil. Senjata ini benar - benar fleksibel, maksudnya, mudah didapatkan (saat ini), mudah dibawa kemana - mana, dan cukup ekonomis. Akan tetapi, dibalik keunggulan tersebut, senjata ini juga merupakan ancaman bagi kestabilisan urusan domestik disuatu negara. Bagaimana tidak, peredaran jenis senjata ini sudah sangat meluas, bahkan sudah melampaui kedaulatan suatu negara. Senjata ini sudah sangat mudah didapatkan (ready stock), dan bahayanya digunakan dalam kriminalitas yang banyak kita bersama dengar, seperti perampokan sejumlah bank, pembunuhan, dan sejumlah kekerasan yang terjadi dimasyarakat. Terlebih lagi, eksistensi dari peredaran tak terkendali dari jenis senjata ini menyebabkan peningkatan kerawanan sosial dan tentunya mempengaruhi tingkat kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan rasa aman dilingkungan publik.

Seharusnya permasalahan ini bukan saja menjadi ranah pakar kriminalitas ataupun pakar persenjataan dalam bagaimana menjadi solusinya. Hal ini harus diselesaikan dengan menyinergikan ranah tersebut dengan pertahanan kedaulatan Indonesia demi keamanan negeri ini, selain penegakan kepastian hukum dan good governance. Seperti diketahui wilayah Indonesia yang bermedan kepulauan dan memiliki letak yang sangat strategis ditinjau dari sisi geografis. Disatu sisi wilayah yang strategis ini mendatangkan keuntungan bagi Indonesia, pada sektor ekonomi misalnya, tetapi kestrategisan ini juga menyebabkan kerawanan keamanan kedaulatannya. Untuk itu, diperlukan sejumlah upaya peningkatan pertahanan disejumlah titik - titik perbatasan untuk menjaga segala ancaman yang masuk termasuk penyelundupan senjata disamping perdagangan narkotika dan obat terlarang juga penyelundupan dan perdagangan manusia. Bila tidak diperhatikan, wilayah perbatasan yang sangat beresiko dengan sejumlah konflik lokal akan menjadi pasar transaksi persenjataan juga.

Selain itu, sudah menjadi rahasia umum juga bahwa dalam proses transaksi persenjataan diwilayah perbatasan, aparat keamanan juga terlibat, bahkan ada teman saya asal papua yang menceritakan bahwa aparat keamanan bukan saja terlibat malah menjadi penjualnya. Hal ini tentu tidak terungkap oleh media, tetapi hal ini nyata dialami oleh teman saya. Logikanya, bila personnel pertahanan sudah ditempatkan di wilayah perbatasan untuk menjaganya, dan bila masih terjadi transaksi senjata, hanya ada dua kemungkinan, yaitu jumlah personnelnya memang kurang (kenyataannya memang jumlah ideal personnel tidak sebanding dengan jumlah titik - titik perbatasan yang harus dijaga) dan kedua, personnel keamanannya memang terlibat.

Disamping peningkatan kapasitas dan kapabilitas pertahanan juga penciptaan personnel keamanan yang berintegritas, diperlukan juga penegakkan hukum / law enforcement  dimana hukum bersifat tegas dan pasti. Seperti diketahui kepemilikan senjata tersebut telah diatur oleh undang - undang dan harus memiliki perijinan kelegalannya. Bila tidak, tentu menjadi tidak legal dan ada sanksinya. Tetapi hal ini ternyata tidak diaplikasikan sesuai mandat hukum yang berlaku.

Untuk itu, meskipun kecil, senjata kaliber kecil sesungguhnya lebih berbahaya karena menyebabkan efek domino kerawanan sosial dan keamanan negara. Coba bandingkan dengan keberadaan nuklir. Sepanjang sejarah nuklir diciptakan, senjata ini hanya pernah sekali digunakan yaitu untuk menghancurkan Nagasaki dan Hiroshima. Setelah itu, nuklir hanya digunakan untuk menimbulkan daya gertak atau penangkalan terhadap negara lain. Untuk itu, sudah saatnya kita memikirkan bahwa senjata kaliber kecil tidak memiliki dampak yang kecil juga. Kalo kata ungkapan ngetop, "Kecil - kecil cabe rawit" hmmmhh ternyata Small is not beautiful (seperti judul salah satu buku favoritku ^^ ).

Jumat, 03 Juni 2011

RI masih Jajaki Beli Kapal Selam

Penulis : Amahl Sharif Azwar
Kamis, 02 Juni 2011 14:48 WIB     
Komentar: 0


RI masih Jajaki Beli Kapal Selam
Kapal selam milik TNI AL--ANTARA/Eric Ireng/rj
JAKARTA--MICOM: Pemerintah masih menjajaki pembelian kapal selam untuk memonitor wilayah perbatasan laut seperti blok Ambalat. Padahal, Malaysia telah mengonfirmasi pengoperasian dua kapal selam buatan Prancis di perairan mereka pada tahun ini.

"Pembelian kapal selam masih dijajaki. Belum diputuskan spesifikasi kapal itu dari negara mana. Kami masih menunggu hasil kajian dari TNI AL," ujar Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan Marsekal Muda Bonggas S Silaen yang ditemui di kantor Kemenhan, Jakarta, Rabu (1/6).

Bonggas menambahkan beberapa negara produsen kapal yang ada saat ini antara lain Belanda, Rusia, dan Jerman. Adapun perakitan dua unit kapal perusak rudal saat ini tengah masuk ke dalam proses negosiasi dengan pihak pabrik. Meski begitu, pihak Kemenhan belum mau membuka negara produsen kapal selam itu.

Dalam wawancara khusus dengan Media Indonesia, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno mengatakan pembelian kapal selam masih berada dalam proses. Tim evalusi pengadaan dari Pemerintah masih menjajaki pembelian tersebut. Kasal mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir atas rencana 'Negeri Jiran' itu.

"Sebetulnya rencana pembelian dua kapal selam sudah dari 2004, tapi karena tertunda-tunda, baru tahun ini. Saya kan dulu orang kapal selam, saya dianggap ahlinya. Mudah-mudahan tahun ini terealisasi," ujar Kasal Laksamana TNI Soeparno.

Secara terpisah, pakar pertahanan Universitas Indonesia Andi Widjajanto mengatakan Indonesia harus merealisasikan pembelian empat kapal selam itu. Selain itu, Pemerintah juga harus mendesak Malaysia untuk tidak melakukan gelaran kapal selam di perbatasan yang memprovokasi.

Menurut dia, perencanaan strategis (renstra) Malaysia pada tahap kedua yang mencakup gelaran kekuatan maritim memang berpusat di Kalimantan Utara. Hampir bisa dipastikan kapal selam itu akan beroperasi di perairan Filipina, Laut China Selatan, Laut Sulawesi, dan blok Ambalat.

"Daerah itu ideal untuk menggelar kapal selam karena itu laut dalam. Hampir bisa dipastikan, 90%, manuver-manuver itu akan ada juga di blok Ambalat," ucap Andi. (SZ/X-12)



Rabu, 01 Juni 2011

Lihatlah Indahnya..

Palu kota kelahiranku.. Salatiga, kota kecil di Jawa Tengah, tempatku menghabiskan masa kecil dan sekolahku hingga ke tingkat perguruan tinggi. Rasanya baru kemarin saya masih memakai seragam abu - abu putih, lalu berkutat dan berpetualang dengan segala aktifitas kampus yang luar biasa menyenangkan. Diluar bangku kuliah, kuhabiskan waktu belajar dengan ikut komunitas lomba debat, mencoba bergabung dengan TV kampus sebagai presenter merangkap reporter, kerja part time, aktifis kampus yang hobi demo  dan sok menjadi corong teman - teman mahasiswa diaras universitas untuk membela nasib teman - teman dari segala fakultas....ku nikmati juga..

Setelah lulus, kucoba keluar dari Salatiga untuk melihat dunia luar lingkungan akademis yang sesungguhnya, sambil mengaplikasikan cita - cita papa untuk menjadikanku anak yang mandiri.

Adalah Jakarta, kota yang akhirnya tidak ku rencanakan sebelumnya untuk menggali segala bekal potensi yang dulu ku pelajari semasa menimba ilmu dikampus. Banyak orang sinis memandang kota biang macet ini dengan segala heterogenisnya. Kota metropolitan, yang menurutku pribadi infrastrukturnya tidak direncanakan dengan matang dan tidak juga berorientasi jangka panjang.

Walaupun begitu, kota ini juga yang mengajarkanku banyak hal, memberiku banyak peluang dan kesempatan yang luar biasa tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Kota ini juga yang membuka mataku bahwa kehidupan tidak hanya sebesar kotak bekal sekolahku yang tiap hari disiapkan mama dirumah dulu. Ternyata begiiiiitu luas, begiiiiitu berwarna, begiiiiiitu Indah. Banyak teman baru kudapatkan disini. Bahkan ada 4 ibu baik hati yang menyambutku untuk menjadi anak angkatnya...
Wah, beruntungnya...
Ternyata Dunia begitu Indah, begitu berwarna diluar sana..

Dengan berbekal nasehat papa bahwa dimanapun kita tinggal kalau tulus dan jujur, pasti akan diterima dimanapun kita berada. Kebaikan pasti berpihak pada orang jujur dan tulus. Pesan eyang kakung (alm) juga memotivasiku untuk selalu dijalan yang baik, berkaca dengan pepatah eyang " emas itu ditaruh dimanapun, bahkan diceburin ke lumpur sekalipun, tetap akan bersinar, tetap masih dapat dibedakan mana emas dan mana bukan" sungguh sangat memotivasiku.

Tidak tahu kemana nasib akan membawaku setelah ini, tetapi kan ku sambut masa depan dengan semangat optimisme bahwa banyak hal indah diluar sana, bahkan hal  - hal yang belum pernah kutemui sebelumnya. Setiap tetes keringat hasil kerja kerasku hari ini kupercaya menghasilkan bulir - bulir kebahagiaan dimasa depan.
Hinaan, cacian, makian, ejekan, pujian, semuanya sudah ku ramu jadi satu menjadi energi dengan kecepatan 60.000 meter per detik untuk melangkah dengan pasti menyambut indahnya dunia yang sudah dipersiapkanNya untukku... ku percaya...sebagai wujud persembahan syukurku.
Semoga semuanya nanti bermanfaat bagi kebaikan orang banyak.