Rabu, 17 Oktober 2012

Alasan Eropa TIDAK layak Mendapat Nobel Perdamaian

Menakjubkan bagi saya saat Komite Nobel Perdamaian menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian 2012 kepada Uni Eropa. Ini adalah penghargaan untuk enam dekade perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi dan hak asasi. Meskipun UE damai dalam enam dekade terakhir tetapi sudah relevankan gambaran penganugerahan Nobel Perdamaian itu terhadap UE?

Layak atau tidak layaknya UE menerima Hadiah Nobel Perdamaian hendaknya kita tanyakan kepada Suriah, Libya, Afganistan dan juga lihat persepsi Irak. Bukankah Eropa juga turut mendukung AS dalam memaksakan kehendaknya di dunia dalam unjuk kekuatannya?.

Selain itu menurut organisasi Hak Asasi Manusia yang bermarkas di AS, Human Right Watch, mengatakan UE terbukti tidak serius menangani pelanggaran HAM, tidak memberikan perlindungan memadai terhadap imigran, melakukan diskriminasi terhadap etnis nomaden Roma, dan terjebak aksi kekerasan rasialis.
Selanjutnya, UE juga pernah dikritik karena memblokir Turki untuk menjadi anggota UE. Tidak hanya itu saja, NATO, Pakta Pertahanan Atlantik Utara menganggap kedamaian yang terjadi di UE bukan karena UE tetapi karena Pakta ini. Mungkin Nobel lebih cocok diberikan kepada Jerman yang telah berekonsiliasi dengan tetangga seusai perang dunia.

Mari kita telaah wasiat Alfred Nobel yang pada tahun 1901 memberi wasiat Nobel, yaitu Komite harus menemukan orang yang telah terbukti melakukan karya terbaik demi persaudaraan diantara bangsa-bangsa, abolisi dan pengurangan tentara, serta terbukti kukuh mendorong dan menjunjung tinggi perdamaian.

Kalau Hadiah ini diberikan hanya dengan alasan penyesuaian momentum UE yang terancam pecah untuk mengingatkan perluya persatuan, maka alasan tersebut hanya akan membahayakan keontentikan Nobel, berarti Komite telah mengabaikan wasiat Alfred Nobel.