Sudah lama tidak menulis disini, tiba-tiba muncul isu menggegerkan di salah satu belahan negeri ini dengan kemunculan serangga imut tapi penyerang bernama keren 'Tomcat' (masih sodara-an sama Tom Cruise kaliii yg suka makan Tom Yum itu ;) ). Petani mungkin tidak asing dengan serangga "lucu" ini, bahkan bersahabat, karena Tomcat sering membantu petani dalam membasmi wereng, hama klasik disawah yg menjadi musuh bebuyutan pak tani. Bagai terserang tsunami Tomcat, warga dan publik juga dinas kesehatan daerah rusuh mengurusi serangan predator ini. Hal ini dikarenakan Tomcat tidak lagi menyerang wereng disawah tetapi juga manusia. Saya setuju dengan pendapat umum dari sudut pandang lingkungan yang mengatakan kerusakan habitat Tomcat-lah yg menyebabkan serangga ini mencari lingkungan yang baru sebagai tempat tinggalnya yang pada akhirnya merambah ke pemukiman penduduk. Para ahli lingkungan berpendapat, populasi Tomcat meningkat saat berakhirnya musim hujan, saat yang bersamaan dengan petani memanen padi sehingga kumbang Tomcat beterbangan menuju sumber cahaya di pemukiman. Memang logis penjelasan tersebut bila dilihat dari kacamata kerusakan lingkungan. Tetapi tidak ada salahnya juga kan melihat isu ini dari sudut pandang perspektif keamanan nasional dan internasional, mengingat sebelum Tomcat merebak, di sekitar lokasi yang sama juga pernah merebak serangan ulat bulu yang sempat meresahkan seperti Tomcat karena menyebaran meluas hingga ke timur Indonesia.
Beberapa hari ini saya berselancar di google mencari analisa merebaknya Tomcat dari perspektif keamanan nasional tetapi belum ada, kerusakan lingkungan dituduh sebagai faktor utama penyebabnya. Meskipun memang benar, tetapi saya mencoba menganalisanya dari sudut pandang yang berbeda yaitu kajian keamanan internasional khususnya senjata biokimia (biological and chemical weapons). Bergerak dari pemikiran Next Generation War, saya menduga ada negara yang sengaja menyebarkan senyawa kimia ataupun biologi yang membuat serangga ini berkembang biak dengan massive penyebarannya sehingga mengancam gagal panen pak Tani kita. Ini bukan tuduhan tetapi dugaan pribadi dan dapat saya sertakan dengan bukti-bukti sederhana namun logis, seperti berikut ini:
Rebakan Tomcat hampir mirip dengan rebakan ulat bulu beberapa waktu lalu. Bedanya, rebakan Tomcat menjadi ancaman gagal panennya pak tani, kalau rebakan ulat bulu mengancam gagal panen buah. Selain itu, coba perhatikan sasaran wilayah rebakan awalnya. Mengapa sama-sama di Jawa Timur, lalu bergerak ke Jawa Tengah kemudian perlahan tapi pasti bergerak ke Timur Indonesia? Lingkungan dan arah angin kencang dapat saja dijadikan kambing hitam, namun bagi saya kedua hal tersebut dapat menjadi faktor pendukung keberhasilan "proyek" boombastis ini. Seharusnya kita mulai berpikir kritis bahwa ada target besar dibalik ini semua. Hal ini tidak sesederhana isu kesehatan dan lingkungan belaka namun juga ekonomi nasional negeri ini. Hal ini memiliki efek domino pada pendapat petani dan negara karena menurunkan angka expor buah (untuk kasus ulat bulu) dan beras (untuk kasus Tomcat). Lihat saja, setelah media memberitakan rebakan Tomcat dan ulat bulu, beberapa bulan kemudian berita tentang gagal panen petani menyusul. Gagal panen sama artinya ekspor kita dicekal, lalu di dicekoki komoditi pertanian impor. Tidak sulit kan menemukan buah impor di pinggir jalan dengan harga yang lebih murah? Sebentar lagi mungkin padi impor akan lebih leluasa masuk. Hal ini juga ditunjang oleh kebijakan pemerintah yang pro impor tanpa melihat kesengsaraan rakyat secara umum terutama yang berada dilevel menengah kebawah juga petani lokal. Jadi, faktor angin dan lingkungan akan terus menjadi kambing hitam dalam isu ini. Pembuat "proyek" ini pastilah memperhitungkan kecepatan angin, iklim, suhu dll sehingga membuat seolah semuanya menjadi faktor yang patut dipersalahkan.
Tulisan ini memang dikupas ringan agar mudah dimengerti.. Perlu kajian lebih lanjut dengan sistematis akademis dan terstruktur dalam menganalisanya agar lebih reliable. Bila ada teman-teman yang tertarik untuk mengajak saya menelitinya, saya menerima dengan senang hati dan tangan terbuka (ataupun berbisnis rempeyek Tomcat untuk di ekspor ^v^ '- sbg komoditi alternatif karena tidak bisa lagi ekspor buah & beras ).
*lap kringat
Tulisan ini memang dikupas ringan agar mudah dimengerti.. Perlu kajian lebih lanjut dengan sistematis akademis dan terstruktur dalam menganalisanya agar lebih reliable. Bila ada teman-teman yang tertarik untuk mengajak saya menelitinya, saya menerima dengan senang hati dan tangan terbuka (ataupun berbisnis rempeyek Tomcat untuk di ekspor ^v^ '- sbg komoditi alternatif karena tidak bisa lagi ekspor buah & beras ).
*lap kringat